Loji Gandrung, Rumah Besar Ikon Surakarta

loji gandrung

Area cagar budaya berusia 192 tahun yang sekarang digunakan sebagai kompleks rumah dinas Wali Kota Surakarta telah menyaksikan banyak peristiwa penting.

Surakarta memiliki sejuta pesona dari masa lalunya, yang ditunjukkan oleh banyaknya bangunan tua peninggalan Kolonial Belanda. Loji Gandrung adalah kediaman resmi Wali Kota Surakarta. Loji Gandrung adalah bangunan seluas 3.500 meter persegi (m2) yang termasuk dalam kompleks rumah dinas seluas 6.295 meter persegi.

Situsnya terletak di Jalan Brigjen Slamet Riyadi nomor 261, yang terletak di Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan. Arsitekturnya menggabungkan tradisi Eropa dan Jawa, menghasilkan gaya India. Atap sirap kayu segi lima dengan menara semu berkaca patri di bagian atas menunjukkan sentuhan budaya Jawa.

Pada awalnya, Johannes Augustinus Dezentje, seorang saudagar perkebunan gula dan tuan tanah terkenal dari Ampel, Boyolali, tinggal di bangunan ini, menurut situs web resmi Pemerintah Kota Surakarta. Dia tinggal dari tahun 1797 hingga 1839. Tinus, begitu Dezentje akrab disapa, adalah anak dari August Jan Caspar, seorang pejabat militer terkenal di Kolonial Belanda yang dekat dengan Keraton Kasunanan Surakarta pada saat itu.

Pada tahun 1830, atau setelah ia menikahi Raden Ayu Cokrokusumo, anggota keluarga Keraton Kasunanan Surakarta, Tinus membangun rumah besarnya itu. Ia adalah saudara perempuan Paku Buwono IV, yang meninggal pada tahun 1819. Tinus menikah lagi dengan Johanna Dorothea Boode, istri pertamanya, pada 1816, sesaat setelah melahirkan anak pertama mereka.

Rumah Tinus memiliki desain yang mirip dengan rumah-rumah megah Belanda, dengan teras yang panjang dan luas dan daun pintu dan jendela yang besar serta langit-langit yang tinggi. Pada saat itu, rumah Tinus dikelilingi oleh tembok tinggi dan pos penjagaan, yang membuatnya lebih mirip dengan benteng daripada rumah.

Untuk membedakannya, ia menambah pekarangan dan taman hijau, dan ia memasang alat musik gamelan di teras rumah. Dibangun dan ditempati dua tahun kemudian, Tinus acap mengadakan pesta di rumah besarnya itu.

Tinus sering mengadakan pesta di rumah besarnya, yang membuat orang-orang di sekitarnya menyebutnya sebagai gandrungan, sebuah istilah Jawa yang berarti tergila-gila atau menyukai. Rumah Tinus kemudian disebut Loji Gandrung. Loge adalah istilah asal dari Bahasa Belanda dan artinya rumah besar, bagus, dengan dinding tembok.

Bangunan ini sangat disukai pada masanya karena lokasinya di tengah kota. Saat Jepang menduduki Surakarta, mereka menggunakan bangunan ini sebagai markas pasukan utama. Tempat ini pernah digunakan oleh Jenderal Gatot Subroto dan sekutu saat menyusun strategi militer untuk menghadapi Agresi Militer II Belanda pada tahun 1948-1949.

Gatot Subroto menjabat sebagai gubernur militer untuk wilayah Daerah Istimewa Surakarta dan sekitarnya pada saat itu. Itu sebabnya patung Gatot Subroto sekarang ada di halaman depan bangunan, tepat di atas kolam. Selain Gatot Subroto, Letkol Slamet Riyadi, Komandan Brigade V, pernah menggunakan Loji Gandrung untuk mempersiapkan serangan umum pada tahun 1949. Untuk mempertahankan kemerdekaan, kedua pahlawan nasional itu berkumpul di Loji Gandrung.

Sisa-sisa sejarah bukan hanya dihargai dari gaya arsitektural bangunannya. Sebagian furniturnya masih ada, seperti kursi kuno di ruang tamu yang dilengkapi dengan foto ukuran besar Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno. Foto Soekarno juga ada di kamar tidur utama, salah satu dari dua kamar di Loji Gandrung.

Dia berada di sebelah kanan ruang tamu. Ruang kamar dihiasi dengan dipan ukuran besar dan lemari hias yang terbuat dari kayu jati. Ruang Soekarno adalah nama kamar di mana Soekarno sering beristirahat saat mengunjungi kota dengan nama lain Solo. Seperangkat piano juga ditempatkan di kamar Soekarno itu.

Setelah ditetapkan sebagai cagar budaya pada 3 Mei 2013, pemerintah Kota Surakarta mulai membangun wisma dua lantai di belakang Loji Gandrung sebagai rumah dinas baru wali kota. Rumah dinas baru mulai ditempati pada Agustus 2020. Loji Gandrung memiliki dua sisi. Kantor staf wali kota berada di sisi barat, dan tamu di sisi timur. Ada aula yang dapat digunakan untuk pertemuan di bagian belakang.

Rekonstruksi loji Gandrung dimulai pada 2 Juni 2017 dan selesai akhir 2018. Aktivitas tersebut mencakup memperbaiki atap sirap yang rapuh dan keropos yang dimakan rayap. Ada juga kolam besar dengan patung Gatot Subroto dari logam warna kemerahan.

Untuk mengurangi jarak dengan masyarakat, pagar yang membedakan kompleks Loji Gandrung dari trotoar jalan juga dibongkar. Pada Februari 2022, Wali Kota Gibran Rakabuming Raka mengumumkan bahwa Loji Gandrung telah dibuka untuk umum. Aula bebas biaya dan dapat digunakan sebagai tempat pertemuan masyarakat.