Tanaman Sijukkot, Herbal Kaya Manfaat Dari Pulau Toba

Tanaman Sijukkot, Herbal Kaya Manfaat Dari Pulau Toba

Tumbuhan bernama latin Lactuca indica ini, yang banyak tumbuh di dataran tinggi Toba, ditemukan di hampir delapan kabupaten yang mengelilingi Danau Toba.

Keanekaragaman hayati Indonesia sangat kaya dan sulit ditandingi oleh negara lain di dunia. Tiap wilayah memiliki gaya hidup unik.

Salah satu sijukkot tumbuh di wilayah Toba, Provinsi Sumatra Utara. Danau vulkanik terbesar di dunia, yang terbentuk oleh letusan gunung Toba pada 74.000 tahun lalu, memiliki panjang 100 km dan lebar 30 km, dengan titik terdalam 508 meter dan ketinggian 900 meter di atas permukaan laut.

Tumbuhan sijukkot, bernama latin Lactuca indica, banyak tumbuh di dataran tinggi Toba. Ini ditemukan di hampir delapan kabupaten yang mengelilingi Danau Toba, terutama di Dairi, Pakpak Bharat, Samosir, dan Humbang Hasundutan.

Sijukkot hanya dapat tumbuh di ketinggian 800 hingga 2000 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini juga disebut sebagai selada wangi, siomak, atau sawi Belanda.

Ia memiliki batang bulat, licin, dan hijau keunguan yang dapat tumbuh hingga 2,5 meter tinggi. Daunnya bergerigi dengan ujung yang meruncing, mencapai panjang 35 cm dan lebar 10 cm. Daun memiliki permukaan yang licin dan memiliki warna hijau pucat dan ungu.

Bunga sijukkot membentuk segitiga berwarna kuning tua. Buah berbentuk lonjong, pipih, dan hitam. Sijukkot telah dikonsumsi oleh orang Batak Toba sejak lama. Tanaman ini digunakan sebagai lalapan dan sayur sebagai pendamping nasi.

Mereka percaya bahwa sijukkot memiliki banyak manfaat bagi kesehatan karena setiap kali mereka memakannya, tubuh mereka terasa lebih segar dan mereka jarang sakit. Bahkan, dalam beberapa literatur yang berkaitan dengan perjuangan rakyat Batak melawan kolonialisme, Raja Batak Sisingamangaraja XII, seorang pahlawan nasional, sering menyantap sijukkot untuk memperkuat tubuhnya dan menjadi pemimpin yang kuat.

Masyarakat di Danau Toba terbukti lebih sehat dan tidak mudah sakit karena banyak mengonsumsi sijukkot. Dengan demikian, laporan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumut mengenai persentase penduduk per kabupaten/kota yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir dari periode 2019-2021 tidak ditemukan di salah satu dari delapan kabupaten di sekitar Danau Toba.

Menurut Ida Duma Riris, Guru Besar Kimia di Universitas Negeri Medan, ekstrak tanaman sijukkot memiliki banyak manfaat. Dalam bukunya yang berjudul Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktifitas Tanaman Sijukkot, ia menunjukkan bahwa daun, batang, dan akar sijukkot memiliki banyak senyawa kimia. Ada glikosida, kardeolin, polifenol, saponin, polifenol, flavonoid, dan tanin, antara lain.

Sebagai antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, antidiabetes, diuretik, nekrotik, dan penenang, senyawa-senyawa ini berfungsi. Ini berarti sijukkot dapat memperlancar pencernaan, meningkatkan stamina dan nafsu makan, mengobati penyakit gondok, sakit lambung, menurunkan gula darah, dan mengurangi risiko kanker.

Sejawat Ida Duma dari perguruan tinggi yang sama, Marini Damanik, mengatakan bahwa sijukkot sangat penting untuk mengatasi hiperlipidemia, suatu kondisi di mana tubuh memiliki kadar kolesterol yang berlebihan. Kelebihan Low Density Lipoprotein (LDL) menyebabkan ketidakseimbangan kolesterol dalam darah.

Dalam Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol.16 No.2 terbitan 12 April 2022, Marini, seorang doktor kimia lulusan Die Technische Universitat Graz, Austria, menyatakan bahwa jika ada terlalu banyak LDL, High Density Lipoprotein (HDL) akan kesulitan membersihkan lemak jahat yang ada di dalam darah. Dengan semua sifat negatifnya, LDL dikenal sebagai kolesterol jahat.

Penumpukan LDL dalam darah berpotensi menyebabkan penyakit seperti diabetes melitus, gangguan ginjal dan hati, serta penumpukan plak pada dinding arteri, yang membuat pembuluh darah mengeras dan kemudian menyempit.

Ini dapat menyebabkan stroke dan gangguan jantung. Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat dan kurangnya olahraga memperparah keadaan tersebut. Gangguan endokrin menyebabkan hiperglikemia dan berkurangnya produksi insulin, yang menyebabkan diabetes melitus.

Menurut laporan International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021, Indonesia memiliki 19,47 juta orang dan masuk ke dalam lima besar negara dengan pasien diabetes, dengan jumlah kematian 236.711 orang, peningkatan 58% dari 149.872 kematian akibat diabetes pada tahun 2011.

Secara umum, IDF memperkirakan jumlah penderita diabetes di seluruh dunia akan mencapai 783,7 juta orang pada 2045, atau naik sebanyak 47% dari 536,6 juta penderita di 2021. Pada tahun 2045, Indonesia akan memiliki 28,57 juta penderita diabetes, naik sebesar 47% dari kondisi terakhir di 2021.

Berdasarkan temuan penelitiannya, Marini menyatakan dalam artikelnya berjudul Efek Ekstrak Daun Sijukkot Ethanol (Lactuca Indica) pada Anti-Hyperlipidemia. terutama untuk menekan tingkat kolesterol tubuh secara keseluruhan dan mampu mempertahankan kadar LDL dan HDl secara bersamaan, yang memungkinkan untuk menekan gangguan penyempitan pembuluh darah.